Selasa, 13 Desember 2016

BENTENG SOMBA OPU

Somba Opu



Baruga Somba Opu
Source: Personal Documentation


Next trip is Somba Opu Castle. If you search in google, this place must be in our bucket list destination. It still in South Sulawesi, located in Gowa district, not far from the city of Makassar (seriously is not far away from my place, less than 1 hour and I just use Waze application and of curse my office’s motorbike).

Before arriving at the destination, I thought this castle more or less the same as Fort Rotterdam. Clean, well-groomed and maintained. But when I arrived at the location, it was not as expected as I thought. But, for sure it's worth to come here. Why?

Because the castle is different from the Fort Rotterdam. There is still a typical building of Sulawesi, which is clearly visible here. There are also several examples of the traditional house of South Sulawesi (Looks like Taman Mini Indonesia Indah) and museum too. (You can find many pokemons, for those who play Pokemon Go, hehe)


Traditional House of Luwu
Source: Personal Documentation


Source: Personal Documentation

Somba Opu is established by Daeng Matanre Karaeng Tumpa'risi 'Kallona which is the 9th King of Gowa Gowa in the 16th century. Based on history, the castle was once the main strongholds of the Kingdom of Gowa. And in trading era, Somba Opu has important roles as the center of the spice trading and the port. But unfortunately, when Somba Opu is controlled by the VOC, this castle destroyed and submerged by a tidal wave


*Entrance fee Rp 5.000,00




---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Benteng Somba Opu



Next trip masih dalam wisata tempat-tempat sejarah di Sulawesi Selatan, saya berkunjung ke Benteng Somba Opu. Terletak di Kabupaten Gowa yang tidak jauh dari Kota Makassar (Seriusan ga jauh, dari kosan ga sampe 1 jam dan hanya bermodalkan Waze serta motor kantor).

Sebelum sampai ditujuan, dibenak saya mengira benteng ini kurang lebih sama seperti Fort Rotterdam. Bersih, terawat dan terjaga. Namun ketika sampai di lokasi ternyata tidak seperti ekspektasi yang saya perkirakan sebelumnya. But, it’s worth to come here. Kenapa ?

Karena benteng ini berbeda dengan Fort Rotterdam. Masih terdapat bangunan khas Sulawesi yang jelas terlihat di sini. Terdapat juga beberapa contoh rumah adat daerah Sulawesi Selatan dan museum (banyak pokemonnya juga, buat yang main Pokemon Go).

Benteng Somba Opu didirikan oleh Daeng Matanre Karaeng Tumapa’risi’ Kallona yang merupakan Raja Gowa ke-9 Kesultanan Gowa pada abad ke-16. Berdasarkan sejarah, benteng ini dulunya merupakan benteng utama Kerajaan Gowa. Dan pada zaman perdagangan, Benteng Somba Opu pernah menjadi pusat perdagangan rempah-rempah dan juga pelabuhan. Namun sayang, ketika Benteng Somba Opu ini dikuasai oleh VOC, benteng ini dihancurkan dan terendam oleh ombak pasang.

Senin, 08 Agustus 2016

MUSEUM LA GALIGO

Source: Personal Documentation


It’s incomplete traveled to Fort Rotterdam without visit to the Museum of La Galigo. The museum is located inside Fort Rotterdam area. Inaugurated on May 1, 1970, La Galigo Museum has a large collection consisting of a collection of manuscripts, history, prehistory, ethnography and others. Before it called Museum La Galigo, the Museum is named Celebes Museum, established in 1938 founded by the Dutch government and is the first museum in South Sulawesi.

                                       Source: Personal Documentation
History of La Galigo


The naming of La Galigo is based on the story of La Galigo which is Bugis mythology. La Galigo is son of Sawerigading Opunna Ware from the marriage with We Cudai Daeng Risompa from the Kingdom of China Wajo. According to the story, In the 14th century La Galigo crowned as Raja Muda (Pajung Lolo) in the Kingdom of Luwu.

 Besides the stories about La Galigo. The museum also has a large collection of historical relics and cultural  in Sulawesi. 





Here you can see the cultures of South Sulawesi. From traditional clothing of each region to the ancient equipment that used in every region in South Sulawesi. 










This museum is very recommended to visit. 



*The entrance fee is Rp 5.000
*All pictures are real from writer documentation


----------------------------------------------------------------------------------------------------

Museum La Galigo


Berwisata sejarah ke Fort Rotterdam kurang lengkap tanpa berkunjung ke Museum La Galigo.  Museum ini terletak di dalam satu kawasan dengan Fort Rotterdam. Diresmikan pada tanggal 1 Mei 1970, Museum La Galigo ini memiliki banyak koleksi yang terdiri dari koleksi naskah, sejarah, prasejarah, etnografi dan lain-lain. Sebelum dinamakan Museum La Galigo, Museum ini  bernama Celebes Museum yang berdiri pada tahun 1938 didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda dan merupakan museum pertama di Sulawesi Selatan.

Penamaan La Galigo ini berdasarkan dari kisah La Galigo yang merupakan mitologi Bugis. La Galigo adalah salah satu putera dari Sawerigading Opunna Ware hasil perkawinan dengan We Cudai Daeng Risompa dari Kerajaan Cina Wajo. Menurut cerita, Pada abad ke-14 La Galigo dinobatkan menjadi Raja Muda (Pajung Lolo) di Kerajaan Luwu.

Jumat, 05 Agustus 2016

FORT ROTTERDAM MAKASSAR

Finally, after years... I'm back.

With new life and new activity. Now, I'm staying in Makassar. It is in South Sulawesi. This city has many great place to visit. I will share to you about Makassar..


Source: Personal Documentation

Hei guys, for those who visit Makassar City and have love in historical things. This one is “must visit place” that should be written in your traveling list, which is: Fort Rotterdam.
Fort Rotterdam, hmm from it name’s I guess you all think it is Netherland legacy. Eitss, you are wrong. This fort which located close to Losari Beach actually it is royal heritage of Gowa-Tallo Kingdom.

I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa’risi’ kallona is the King of Gowa IX who build this fort in 1545. Fort Rotterdam or “Benteng Ujung Pandang” has shape looks like a turtle and is commonly called by the locals here Fort Panyyua. Turtle is an animal that can live both on land and at sea. This is in accordance with the reflection of the Kingdom of Gowa who were victorious on land and at sea.

Source: Personal Documentation

This fort which is the headquarters of Gowa's frogmen army, fell to the Dutch as a result of the Bungayya Agreement. After falling into the hands of the Dutch, Cornelis Speelman switch the function of it into central storage of spices in eastern Indonesia. Janzoon Cornelis Speelman who is the Governor General of the Dutch East Indies at that moment rename Fort Ujung Pandang (Fort Panyyua) this into Fort Rotterdam.


*The entrance fee for Fort Rotterdam is free


-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Fort Rotterdam


Bagi yang berkunjung ke Kota Makassar dan menyukai sejarah. Tempat yang satu ini merupakan “must visit place” yang harus jadi list diagenda jalan kalian, yaitu: Fort Rotterdam.

Fort Rotterdam dari namanya pasti pada berpikir bahwa benteng ini adalah situs peninggalan Belanda. Eitss,, kalian salah, benteng yang terletak di dekat Pantai Losari ini sebenarnya asli peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo.

I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa’risi’ kallona merupakan Raja Gowa ke-9 yang membangun benteng ini sekitar pada tahun 1545. Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu dan biasa disebut oleh penduduk lokal sini Benteng Panyyua. Penyu adalah binatang yang dapat hidup baik di darat ataupun di laut. Hal ini sesuai dengan cerminan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan.

Benteng yang merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa ini jatuh ke tangan Belanda akibat dari Perjanjian Bungayya. Setelah jatuh ke tangan Belanda, Cornelis Speelman mengalih fungsikan benteng ini menjadi pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur. Cornelis Janzoon Speelman yang merupakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-14 inilah yang menamakan Benteng Ujung Pandang (Benteng Panyyua) ini menjadi Fort Rotterdam.