Rabu, 02 Desember 2009

SHISHA vs ROKOK

Who’s the Dangerous ?



Rokok merupakan suatu hal yang umum dan mungkin dapat dikatakan rokok sudah menjadi gaya hidup saat ini. Di setiap sudut jalan dapat kita temui orang yang sedang merokok. Kita telah banyak mengetahui apa itu rokok, kandungan dalam rokok dan bahaya rokok itu sendiri. Namun, bagaimana dengan shisha ? Kebanyakan persepsi orang mengenai shisha adalah shisha itu seperti rokok, tapi memiliki rasa yang bervariasi dan tidak berbahaya. Apakah itu benar ? Hmmm mari kita bahas .

Shisha/Hookah sendiri berasal dari bahasa Persia yang memiliki arti gelas piala. Makna hookah maupun shisha sama-sama mengacu pada bentuk, cara menghisap, sekaligus kandungan air sebagai penyaringnya.

Banyak anggapan bahwa kandungan air yang digunakan dalam hookah/shisha berfungsi sebagai filter penyaring racun yang membahayakan yang terdapat pada tembakau shisha tersebut (filterisasi). Tak heran bila kebiasaan menghisap shisha/hookah ini pun menjadi pilihan anak muda masa kini ketimbang menghisap rokok yang dikenal mengandung racun berbahaya. Sekarang sudah banyak café – café yang sudah menyediakan shisha ini sebagai menu andalannya. Dengan bentuk pipa shisha yang unik dan rasanya yang bervariasi, membuat orang yang melihat ingin mencicipinya.

Namun ada sebuah riset terbaru yang menyatakan bahwa shisha dan rokok tembakau sama-sama mengandung kadar karbon monoksida yang tinggi sehingga merugikan kesehatan. Riset yang dipublikasikan dalam Journal of the American Medical Association ini memang hanya meneliti satu jenis gas beracun saja. Sehingga mustahil untuk membandingkan secara langsung dampak penggunaaan sisha dengan asap rokok. [1]
“Walau begitu, riset ini setidaknya memberi peringatan kepada pecinta sisha untuk berpikir dua kali menghisap pipa. Menikmati sisha bukanlah suatu aktivitas yang bebas risiko seperti yang mereka kira. Penggunaannya sungguh tidak aman untuk kesehatan” , ungkap penulis riset S. Katharine Hammond, kepala divisi ilmu kesehatan lingkungan di University of California, Berkeley.


Untuk membuktikan kandungan racun pada sisha, Hammond melibatkan 27 mahasiswa yang biasa menghisap sisha selama satu jam dalam tiga malam yang berbeda pada April 2006. Lima mahasiwa lain yang tidak memakai hookah juga dilibatkan dalam riset. Tetapi mereka harus tinggal bersama di ruangan saat para mahasiswa mengisap sisha.

Partisipan sebelumnya harus terbebas dari sisha selama 84 jam sebelum riset dilakukan. Kemudian, partisipan penghisap pipa yang didalamnya mengandung air serta 10 gram tembakau Al Fakher mu’assal tobacco yang dipanaskan menggunakan arang.

Peneliti lalu memantau kandungan karbon monoksida pada dua kelompok partisipan sebelum dan sesudahnya dengan menggunakan sebuah mesin yang didesain untuk mendeteksi perokok.

Rata-rata kandungan karbon monoksida pada partisipan mencapai 42 ppm, lebih tinggi ketimbang yang ditemukan pada perokok sigaret (17 ppm). Riset juga menemukan kadar karbon monoksida meningkat di ruangan tempat partisipan menghisap hookah dan bahkan bisa mencapai tingkat yang merugikan kesehatan lingkungan.
Hammond mengatakan pihaknya tidak dapat membandingkan secara langsung penggunaan sisha/hookah dengan merokok sigaret, yang jelas-jelas mengandung banyak racun. Selain itu, masih sulit mengetahui secara pasti bentuk penggunaan hookah seperti apa yang dapat meningkatkan risiko penyakit paru-paru atau jantung

Hookah/sisha mungkin saja tidak akan membuat Anda mengidap kanker paru-paru, tetapi akan mempengaruhi kesehatan Anda dengan cara lain,” ujarnya.

Sementara itu Thomas Eissenberg, profesor psikologi dari Virginia Commonwealth University yang juga meneliti penggunaan shisha, mengatakan bahwa risetnya menunjukkan bahwa menghisap sisha selama 45 menit menghasilkan jumlah tar 36 kali lebih banyak ketimbang merokok selama lima menit.[1]

“Tar mengandung senyawa yang merupakan unsur utama asap yang dapat menyebabkan kanker. Meski begitu belum jelas apakah jenis tar dalam sisha berbeda dengan tar pada rokok sigaret,” tandasnya. (HealthDay News/AC)

Berdasarkan pengakuan Manajer Operasional Shisha Cafe di kawasan Kemang, Ahmad Sofyan. Dari seluruh pengunjungnya, sekitar 80% di antaranya adalah mereka yang bukan penghisap rokok biasa. [2]
"Lebih dari separuh penikmat Shisha Cafe adalah kaum perempuan, sekitar 80% di antara pengunjung itu bukan perokok,” ujarnya.

Jadi dapat disimpulkan, kebanyakan para pengkonsumsi shisha kebanyakan adalah para perokok pasif. Menurut mereka, shisha tidak menyebabkan sesak di dada dan dapat merilekskan pikiran dengan aromanya. Dan masalah siapa yang lebih berbahaya masih dalam pertanyaan besar karena bedasarkan dari riset di atas masih terdapat keraguan dalam statementnya mengenai shisha.

So, kalau kamu pegkonsumsi shisha lebih baik diatur pengkonsumsiannya. Dari yang 2 hari 1kali menjadi seminggu sekali. Jadi kita masih bisa menikmati shisha.











Sumber :
[1] http://www2.kompas.com/ver1/Kesehatan/0801/07/105714.htm
[2] Koran Tempo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar